Halaman

Kamis, 06 Juni 2013

Sejarah Perkembangan IPS secara Umum


Sejarah perkembangan IPS secara umum memang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan Social Studies yang berkembang di Amerika Serikat (USA), adanya Social Studies ini dilatarbelakangi oleh hancurnya tatanan sosial yang ada di masyarakat pada masa itu. Penyebab kehancuran tersebut yaitu terjadinya Perang Dunia ke-1 pada tahun 1914-1918 yang menimbulkan dampak yang besar, seperti kelaparan, rusaknya fasilitas-fasilitas umum, dan lain-lain yang tentu saja memengaruhi status dan peranan seseorang di masyarakat. Norma-norma yang berlaku di masyarakat pada masa itu cenderung di abaikan. Karena hal inilah para ahli ilmu pengetahuan yang dinaungi NCSS (National Council for The Social Studies) melakukan pertemuan untuk pertama kalinya pada tanggal 20-30 November 1935 untuk membicarakan pemikiran tentang Social Studies.
Pada tahun 1937, Edgar Bruce Wisley mengemukakan bahwa Social Studies adalah Ilmu-ilmu Sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Dari pengertian ini terkandung hal-hal sebagai berikut:
  1. Social Studies merupakan turunan dari Ilmu-Ilmu Sosial
  2. Dikembangkannya Social Studies ini bertujuan untuk memenuhi tujuan pendidikan/pembelajaran di tingkat sekolah maupun di tingkat Perguruan Tinggi 
  3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin Ilmu Sosial seperti contohnya aspek ilmu Sejarah perlu di seleksi dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan/pembelajaran tersebut.
Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan pertanyaan yaitu penting atau tidaknya Social Studies menanamkan nilai dan sikap demokratis kepada para pemuda. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis.
Pada tahun 1960-an, muncul suatu gerakan akademis yang secara khusus dapat dipandang sebagai suatu perubahan yang cukup mendasar di dalam Social Studies. Gerakan akademis tersebut dikenal sebagai gerakan The New Social Studies dan dipelopori oleh para sejarawan dan ahli-ahli Ilmu Sosial. Tahun 1940-1960 terjadi tarik menarik antara dua visi Social Studies, yaitu adanya gerakan yang menginginkan rumpun-rumpun sosial di integrasikan atau disatukan, di pihak ada pula yang menginginkan rumpun-rumpun sosial ini dipisahkan, namun hal ini cenderung akan memperlemah konsepsi pelajaran dalam Social Studies.
Tahun 1955 terjadi terobosan yang besar dari Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba cara baru dalam menyatukan pengetahuan dan keterampilan Ilmu Sosial untuk tujuan Citizenship Education. Menurut mereka program Social Studies di sekolah seharusnya tidak di organisasikan menjadi rumpun-rumpun sosial secara terpisah, tetapi siswa diarahkan untuk melihat gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat guna melatih para siswa untuk dapat mengambil keputusan mengenai masalah-masalah yang ada di masyarakat dan melatih keterampilan reflective thinking. Gerakan The New Social Studies menjadi pilar perkembangan Social Studies pada tahun 1960, titik tolaknya dari kesimpulan bahwa Social Studies sebelumnya dinilai sangat tidak efektif dalam mengajarkan substansi dan memengaruhi perubahan sikap siswa. Maka dari itu para ahli sosial dan sejarawan bersatu dan merumuskan Social Studies ke taraf "higher level of intellectual pursuit".
Pada akhir 1960-an tercatat adanya perubahan dari orientasi pada disiplin akademik yang terpisah-pisah ke satu upaya untuk mencari hubungan Interdisipliner. Tahun 1970 terjadi perkembangan Social Studies dalam perkembangan kurikulum persekolahan. Yaitu perkembangan dari dua gerakan (Social Studies dan Citizenship Education) yang bertolakbelakang dari Basic Human Activities.
Jika dilihat dari Visi Misi Social Studies menurut Barr (1977:48), Social Studies dikembangkan kedalam 3 tradisi, yaitu:
  1. Social Studies Taught as Citizenship Transmission. (Ilmu Sosial yang terintegrasi sebagai Ilmu Kewarganegaraan)
  2. Social Studies Taught as Social Science. (Ilmu Sosial sebagai disiplin ilmu yang terpisah)
  3. Social Studies Taught as Reflective Inquiry. (Ilmu Sosial sebagai ladang ilmu pengetahuan yang bersifat melatih kepekaan terhadap gejala sosial yang terjadi di sekitar.

1980 Perkembangan Social Studies ditandai oleh lahirnya dua pilar akademis: Social Studies Democratic beliefs and values dan Social Studies as Skill in The Social Studies Curriculum. Esensi dari Social Studies adalah pengembangan Ilmu Sosial bukan, bukan pada bidang lain. Pengembangan Social Studies dari mulai pendidikan dasar sampai tingkat menengah atas ditandai oleh keterpaduan pengetahuan, kemampuan siswa dan sikap sisa terhadap gejala sosial yang terjadi di sekitarnya. Hal ini memberikan dua arti, yaitu monodisipliner dan interdisipliner. Program Social Studies menitikberatkan pada upaya membantu sisa dalam construct a knowledge base and attitudes drawn from academic disciplines as specialized ways of viewing reality (Pembangunan pengetahuan dan sikap yang aktif melalui cara pandang secara akademik terhadap realita). Social Studies harus mencerminkan hakikat pengetahuan yang utuh secara terpadu menuntun perlibatan berbagai disiplin ilmu dalam Social Studies.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar