Sejarah
adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga
mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan
kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada,
bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia
sepanjang sejarah.
Dari
sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan
kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari
latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta
sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.
Salah
satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar
mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol yaitu, George Santayana.
Katanya: "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk
mengulanginya". Filsuf dari Jerman, George Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan
dalam pemikirannya tentang sejarah: "Inilah yang diajarkan oleh sejarah
dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun
dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya." Kalimat ini
diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya:
"Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak
benar-benar belajar darinya." Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis
dan seorang penulis memoar yang
berpengaruh, pernah pula berkata "Sejarah akan baik padaku, karena aku
akan menulisnya." Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada
karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat
sejarah yang terkenal: "Sejarah ditulis oleh sang pemenang."
Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih
berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak
sejarah -- dan pemelesetan fakta sejarah -- sesuai dengan apa yang mereka rasa
benar.
Pandangan
yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak
mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat
mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu
dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara
keseluruhan. Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak
pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada
banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak
mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang
telah dimiliki mengenai suatu kejadian pada masa lampau tidak dapat secara
sempurna diterapkan untuk kejadian pada masa sekarang. Tetapi banyak yang
menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah
tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan
umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat
menjadi pelajaran yang penting. Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam
dapat terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap kejadian bencana alam
memang dengan sendirinya sangat unik.
Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan
bertujuan mengembangkan kemampuan yang dimiliki manusia secara optimal. Agus
Salim (2004) menyatakan bahwa pendidikan berusaha membuat anak didik menemukan
jati diri, kemampuan, keterampilan, kecerdasan, dan kepribadiannnya. Paulo
Freire menyatakan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
membebaskan, yakni pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis transitif dari
peserta didik, berupa kemampuan dalam menafsirkan masalah-masalah, percaya diri
dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak satu pendapat, di mana seseorang
mampu merefleksi dan melihat hubungan sebab akibat (Manggeng, 2005:43). Sesuai
dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Sejarah
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan
perkembagan serta peranan masyarakat dimasa lampau berdasarkan metode dan
metodologi tertentu (Sapriya, 2009:208-209). Terkait dengan pendidikan sejarah
di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa.
Sasaran Umum Pembelajaran Sejarah
Sasaran Umum Pembelajaran Sejarah
Sasaran
umum pembelajaran sejarah menurut S.K. Kochhar (2008:27-37) adalah :
·
Mengembangkan tentang diri sendiri.
·
Memberikan gambaran yang tepat tentang
konsep waktu, ruang dan masyarakat.
·
Membuat masyarakat mampu mengevaluasi
nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya.
·
Mengajarkan toleransi.
·
Menanamkan sikap intelektual.
·
Memperluas cakrawala intelektualitas.
·
Mengajarkan prinsip-prinsip intelektualitas.
·
Mengajarkan prinsip-prinsip moral.
·
Menanamkan orientasi kemasa depan.
·
Memberikan pelatihan mental.
·
Melatih siswa menangani isu-isu
kontroversial.
·
Membantu mencarikan jalan keluar bagi
berbagai masalah sosial dan perorangan.
·
Memperkokoh rasa nasionalisme.
·
Mengembangkan pemahaman internasioanal.
·
Mengembangkan keterempilan-keterampilan
yang berguna.
Ø Tujuan
Pembelajaran Sejarah
Sejarah
adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai
proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesa dan dunia pada masa
lampau hinnga kini (Isjoni, 2007:71). Orientasi pembelajaran sejarah di tingkat
SMA bertujuan untuk agar siswa memperoleh pemahaman ilmu dan memupuk pemikiran
historis dan pemahaman sejarah. Pemahaman ilmu membawa pemerolehan fakta dan
penguasaan ide-ide dan kaedah sejarah (Isjoni, 2007:71 ; Hassan, 1998:113).
Sebagai
sarana pendidikan, pengajaran sejarah termasuk pengajaran normatif, karena
tujuan dan sasarannya lebih dutujukan pada segi-segi normatif yaitu segi nilai
dan makna yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri (Alfian, 2007:1).
Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir
secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat
digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembanagan dan perubahan
masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan
jatidiri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia.
Pengajaran
sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup
pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap
masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman
untuk menghadapai masa yang akan datang (Depdiknas, 2003 dalam Isjoni,
2007:72).
Tujuan
instruksional pembelajaran sejarah di Sekolah menurut S.K. Kochhar (2008)
adalah mengembangkan (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) pemikiran kritis, (4)
keterampilan praktis, (5) minat, dan (6) perilaku. Sedangkan menurut Sapriya
(2009:209-210) mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan yaitu :
·
Membangun kesadaran peserta didik
tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa
lampau, masa kini dan masa depan.
·
Melatih daya krirtis peserta didik untuk
memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah
dan metodologi keilmuan.
·
Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan
peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa
Indonesia dimasa lampau.
·
Menumbuhkan pemahaman peserta didik
terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan
masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.
·
Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta
didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta
tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik
nasional maupun internasional.
Landasan
Pendidikan Sejarah
Pendidikan
sejarah harus berlandaskan hal-hal sebagai berikut :
·
Politik
Politik
adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara
lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.
·
Akademik
Kata
akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang berarti sebuah taman
umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos adalah nama
seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang legendaris Troya. Pada plasa
inilah filosof Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan tentang berbagai
hal. . Seperti ilmu pengetahuan sosial lainnya, pendidikan sejarah harus
mempunyai karakter psikopedagogis. Pendidikan sejarah harus disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan siswa yang akan dijadikan subjek pembelajaran.artinya tingkatan
akademik sangat berpengaruh terhadap isi pendidikan sejarah tersebut.
·
Filosofi
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam
konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Pendidikan sejarah harus bisa menyusun kembali peristiwa-
peristiwa masa lalu.
Humanisme
Humanisme
sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur,
mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan
diri. Pandangan ini disebut pandangan humanistis atau humanisme. Pendidikan
sejarah harus dapat merubah peserta didik menjadi bermartabat, dan beradab.
Perenialisme
Perenialisme
berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Mohammad
Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus
lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah
teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali
atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan
ideal. konsepsi pendidikan didasarkan oleh pertanyaan, apakah yang paling
utama untuk menghadapi tantangan krisis masa depan. Pendidikan sejarah harus
berisi warisan-warisan budaya masa lalu, yang diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi masa depan.
Esensialisme
Esensialisme
adalah istilah yang mencakup paham yang meneliti esensi, yaitu apa yang membuat
sesuatu adalah sesuatu tersebut. Dalam filsafat pendidikan, esensialisme
menghendaki bahwa pendidikan itu hendaknya didasarkan atas nilai-nilai yang
tinggi, yang kedudukannya essensial dalam kebudayaan. Dalam hal ini pendidikan
sejarah harus mencakup pemaknaan suatu peristiwa sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar