Halaman

Kamis, 06 Juni 2013

Belajar dari Sejarah

Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah.
Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.
Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol yaitu, George Santayana. Katanya: "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya". Filsuf dari JermanGeorge Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah: "Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya." Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: "Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya." Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata "Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya." Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: "Sejarah ditulis oleh sang pemenang." Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah -- dan pemelesetan fakta sejarah -- sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.
Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan. Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian pada masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian pada masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting. Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap kejadian bencana alam memang dengan sendirinya sangat unik.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan yang dimiliki manusia secara optimal. Agus Salim (2004) menyatakan bahwa pendidikan berusaha membuat anak didik menemukan jati diri, kemampuan, keterampilan, kecerdasan, dan kepribadiannnya. Paulo Freire menyatakan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membebaskan, yakni pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis transitif dari peserta didik, berupa kemampuan dalam menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak satu pendapat, di mana seseorang mampu merefleksi dan melihat hubungan sebab akibat (Manggeng, 2005:43). Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran dan Tujuan Pembelajaran Sejarah
Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembagan serta peranan masyarakat dimasa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu (Sapriya, 2009:208-209). Terkait dengan pendidikan sejarah di sekolah dasar hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa. 
Sasaran Umum Pembelajaran Sejarah
Sasaran umum pembelajaran sejarah menurut S.K. Kochhar (2008:27-37) adalah :
·         Mengembangkan tentang diri sendiri.
·         Memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat.
·         Membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya.
·         Mengajarkan toleransi.
·         Menanamkan sikap intelektual.
·         Memperluas cakrawala intelektualitas.
·         Mengajarkan prinsip-prinsip intelektualitas.
·         Mengajarkan prinsip-prinsip moral.
·         Menanamkan orientasi kemasa depan.
·         Memberikan pelatihan mental.
·         Melatih siswa menangani isu-isu kontroversial.
·         Membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perorangan.
·         Memperkokoh rasa nasionalisme.
·         Mengembangkan pemahaman internasioanal.
·         Mengembangkan keterempilan-keterampilan yang berguna.

Ø  Tujuan Pembelajaran Sejarah
Sejarah adalah mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesa dan dunia pada masa lampau hinnga kini (Isjoni, 2007:71). Orientasi pembelajaran sejarah di tingkat SMA bertujuan untuk agar siswa memperoleh pemahaman ilmu dan memupuk pemikiran historis dan pemahaman sejarah. Pemahaman ilmu membawa pemerolehan fakta dan penguasaan ide-ide dan kaedah sejarah (Isjoni, 2007:71 ; Hassan, 1998:113).
Sebagai sarana pendidikan, pengajaran sejarah termasuk pengajaran normatif, karena tujuan dan sasarannya lebih dutujukan pada segi-segi normatif yaitu segi nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri (Alfian, 2007:1). Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembanagan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jatidiri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia.
Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapai masa yang akan datang (Depdiknas, 2003 dalam Isjoni, 2007:72).
Tujuan instruksional pembelajaran sejarah di Sekolah menurut S.K. Kochhar (2008) adalah mengembangkan (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) pemikiran kritis, (4) keterampilan praktis, (5) minat, dan (6) perilaku. Sedangkan menurut Sapriya (2009:209-210) mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yaitu :
·         Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan.
·         Melatih daya krirtis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.
·         Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia dimasa lampau.
·         Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.
·         Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.
Landasan Pendidikan Sejarah
Pendidikan sejarah harus berlandaskan hal-hal sebagai berikut :
·         Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.
·         Akademik
Kata akademik berasal dari bahasa Yunani yakni academos yang berarti sebuah taman umum (plasa) di sebelah barat laut kota Athena. Nama Academos adalah nama seorang pahlawan yang terbunuh pada saat perang legendaris Troya. Pada plasa inilah filosof Socrates berpidato dan membuka arena perdebatan tentang berbagai hal. . Seperti ilmu pengetahuan sosial lainnya, pendidikan sejarah harus mempunyai karakter psikopedagogis. Pendidikan sejarah harus disesuaikan dengan tingkatan kemampuan siswa yang akan dijadikan subjek pembelajaran.artinya tingkatan akademik sangat berpengaruh terhadap isi pendidikan sejarah tersebut.
·         Filosofi
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Pendidikan sejarah harus bisa menyusun kembali peristiwa- peristiwa masa lalu.
Humanisme
Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Pandangan ini disebut pandangan humanistis atau humanisme. Pendidikan sejarah harus dapat merubah peserta didik menjadi bermartabat, dan beradab.
Perenialisme
Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.  konsepsi pendidikan didasarkan oleh pertanyaan, apakah yang paling utama untuk menghadapi tantangan krisis masa depan. Pendidikan sejarah harus berisi warisan-warisan budaya masa lalu, yang  diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi masa depan.
Esensialisme
Esensialisme adalah istilah yang mencakup paham yang meneliti esensi, yaitu apa yang membuat sesuatu adalah sesuatu tersebut. Dalam filsafat pendidikan, esensialisme menghendaki bahwa pendidikan itu hendaknya didasarkan atas nilai-nilai yang tinggi, yang kedudukannya essensial dalam kebudayaan. Dalam hal ini pendidikan sejarah harus mencakup pemaknaan suatu peristiwa sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar